Dalam sejarah Islam kita akan mendapati betapa kesetiaan dan kecintaan para sahabat yang tiada taranya terhadap Nabi Muhammad SAW. Zaid bin Ad Du-Tsunnah ketika hendak dihukum pancung kaum Quraisy, oleh Abu Sufyan ditanya, ''Zaid! Relakah engkau andai kata Muhammad berada pada tempatmu, sedangkan engkau aman tenteram di tengah-tengah keluargamu?
''Dengan tegas Zaid menjawab, ''Jangan kan yang itu, bahkan di saat aku dalam keadaan seperti sekarang ini, aku tak akan rela andai kata Rasulullah dicucuk duri di rumah beliau.'' Menyaksikan betapa cinta Zaid dan bersedianya dia menebus Rasulullah dengan jiwa raganya, Abu Sufyan menggeleng-gelengkan kepala.
Katanya, ''Saya belum pernah melihat seseorang yang dicintai oleh para sahabatnya seperti mereka mencintai Muhammad.'' Kemudian Zaid dipancung batang lehernya, gugur sebagai syahid. Zaid melambangkan cinta kasih, iman, dan loyalitas yang tidak ada taranya terhadap Islam.
Seorang tawanan Quraisy lainnya adalah Khubaib bin Ady. Ketika hendak dipancung, dia terlebih dahulu minta dibolehkan shalat dua rakaat. Setelah shalat, ia berkata, ''Demi Allah! Andai kata aku tidak khawatir kalian menyangka aku gentar menghadapi maut, niscaya shalatku akan lebih panjang lagi.''
Sebelum dibunuh ia disalib dulu. Ketika itu Khubaib mengarahkan pandangannya yang memancarkan kilatan seraya berdoa, ''Ya Allah! Bilanglah jumlah mereka! Bunuhlah mereka satu demi satu, dan janganlah seorang pun dari mereka ditinggalkan!'' Mendengar doa itu pihak Quraisy terperanjat dan bertiarap, khawatir terkena kutukan doanya.
Mengetahui dirinya akan dihukum mati, Khubaib yang menjadi tawanan tokoh Quraisy Uqbah bin Harris terlebih dulu meminta pisau cukur untuk membersihkan dirinya dalam menghadapi maut. Ketika sedang bercukur, tiba-tiba anak yang empunya rumah yang baru pandai berjalan tertatih-tatih mendatanginya. Anak tadi duduk di atas pangkuannya, dan Khubaib membelainya dengan mesra.
Tatkala istri Uqbah melihat anaknya dalam keadaan serupa itu, dengan cemas diambilnya anak itu dan dibawanya pergi. Khubaib pun berkata, ''Anda khawatir kalau-kalau anak itu saya bunuh. Ketahuilah, bahwa agama saya melarang penganutnya bertindak khianat. Karena itu, anak Anda ini tidak akan saya cederai, apalagi membunuhnya.''
Pernah seorang pemuka Quraisy di Mekah begitu kagum mendapati kesetiaan para sahabat terhadap Rasulnya, hingga ia mengatakan, ''Aku pernah menyaksikan Kisra di Persia, Kaisar di Byzantium, dan Najasi di Etiopia. Namun, aku tidak pernah menyaksikan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, seperti Muhammad di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Sesungguhnya mereka tidak akan menyerahkan Muhammad walau bagaimanapun.'' Begitulah seharusnya sikap umat Islam kepada Rasulullah Muhammad SAW. Karena Rasulullah sudah wafat, kecintaan kepada beliau adalah dengan mengamalkan ajarannya dan meneladani perilakunya. (Alwi Shahab)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ibnul Muqaffa' berkata kepada anaknya, "Belajarlah menyimak pembicaraan orang dengan baik, sebagaimana engkau belajar berbicara dengan baik. Diantara menyimak pembicaraan orang dengan baik adalah membiarkannya berbicara sampai selesai, berilah sedikit komentar, tidak memalingkan muka, memandang kepada orang yang berbicara dan menyadari apa yang diucapkannya."
Rabu, 02 Desember 2009
BELAJAR DARI DZULQARNAIN
Dzulqarnain adalah seorang yang soleh. Allah menganugerahkan kepadanya kekuasaan duniawi yang amat luas. Allah abadikan kisahnya di dalam Al-Qur'an (QS. 18 : 83-101), tentunya agar kita dapat mengambil pelajaran baik darinya.
Rahasia apa gerangan hingga ia dapat mengelola kekuasaannya yang begitu luas dengan keberhasilan, bahkan kemuliaan dari Allah?
Paling tidak ada dua prinsip kepemimpinannya yang dapat kita ambil pelajaran. Hal tersebut terungkap jelas ketika Allah mengujinya dengan firman-Nya : "…..Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau berbuat kebaikan kepada mereka" (QS. 18 : 86).
Ia tak mengartikan firman itu sebagai penghalalan arogansi kekuasaan dengan polesan kebaikan sekehendak hatinya. Amanat Allah tersebut disambutnya dengan kebijakan negarawan yang mantap dan tolok ukur yang jelas. "Berkata Dzulqarnain, adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya (menghukumnya), kemudian ia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada tara. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan padanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami." (QS. 18 : 87-88).
Saripati kebijakannya itu tak lain adalah keberanian moral, pengakan ketentraman dan keadilan tanpa pilih kasih. Selain itu ia memuliakan kaum yang memang memperoleh kemuliaan, tidak terbalik-balik penuh kerancuan.
Realisasi dua komitmen di atas, bagi Dzulqarnain, bukan saja penting dalam timbangan kemanusiaan dan hubungan dan hubungan sosial yang sehat. Lebih dari itu, komitmen tadi utamanya adalah realisasi kehambaannya (walaupun berkuasa) terhadap titah Yang Maha Berkuasa.
Hanya pada titik itulah ia dan siapa saja, laik menyandang posisi kholifatullah fil ardh (wakil Allah di muka bumi) dengan peran ri'ayah (pemelihara) dan sekaligus imaroh (pembangun). Dengan landasan pilarnya, penjiwaan total akan kehambaan diri (abdullah).
Pada pertemuan dua garis (horizontal sebagai khalifahtullah dan vertikal sebagai abdullah) Dzulqarnain berada. Maka sebuah keniscyaan keharuman dan kejayaan terjadi, sebagai kehendak Allah itu sendiri : "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah (hablum minallah) dan tali sesame manusia (hablum minan naas)" (QS. Ali Imran : 112).
Marai kita berkaca diri, memang setiap umat/bangsa dapat membuat dalih tentang terperosoknya mereka pada lubang kesalahan yang sama : ternistanya keadilan, mulianya keangkuhan. Tetapi sesungguhnya bukan dalih yang diperlukan untuk keluar dari persoalan. Melainkan kejelasan akar masalah dan pengenalan terhadap hukum kejayaan dan kegagalan yang pasti, lalu secara konsisten, bertahap dan kontinu berupaya meraihnya. (Almuzzammil Yusuf)
Rahasia apa gerangan hingga ia dapat mengelola kekuasaannya yang begitu luas dengan keberhasilan, bahkan kemuliaan dari Allah?
Paling tidak ada dua prinsip kepemimpinannya yang dapat kita ambil pelajaran. Hal tersebut terungkap jelas ketika Allah mengujinya dengan firman-Nya : "…..Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau berbuat kebaikan kepada mereka" (QS. 18 : 86).
Ia tak mengartikan firman itu sebagai penghalalan arogansi kekuasaan dengan polesan kebaikan sekehendak hatinya. Amanat Allah tersebut disambutnya dengan kebijakan negarawan yang mantap dan tolok ukur yang jelas. "Berkata Dzulqarnain, adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya (menghukumnya), kemudian ia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada tara. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan padanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami." (QS. 18 : 87-88).
Saripati kebijakannya itu tak lain adalah keberanian moral, pengakan ketentraman dan keadilan tanpa pilih kasih. Selain itu ia memuliakan kaum yang memang memperoleh kemuliaan, tidak terbalik-balik penuh kerancuan.
Realisasi dua komitmen di atas, bagi Dzulqarnain, bukan saja penting dalam timbangan kemanusiaan dan hubungan dan hubungan sosial yang sehat. Lebih dari itu, komitmen tadi utamanya adalah realisasi kehambaannya (walaupun berkuasa) terhadap titah Yang Maha Berkuasa.
Hanya pada titik itulah ia dan siapa saja, laik menyandang posisi kholifatullah fil ardh (wakil Allah di muka bumi) dengan peran ri'ayah (pemelihara) dan sekaligus imaroh (pembangun). Dengan landasan pilarnya, penjiwaan total akan kehambaan diri (abdullah).
Pada pertemuan dua garis (horizontal sebagai khalifahtullah dan vertikal sebagai abdullah) Dzulqarnain berada. Maka sebuah keniscyaan keharuman dan kejayaan terjadi, sebagai kehendak Allah itu sendiri : "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah (hablum minallah) dan tali sesame manusia (hablum minan naas)" (QS. Ali Imran : 112).
Marai kita berkaca diri, memang setiap umat/bangsa dapat membuat dalih tentang terperosoknya mereka pada lubang kesalahan yang sama : ternistanya keadilan, mulianya keangkuhan. Tetapi sesungguhnya bukan dalih yang diperlukan untuk keluar dari persoalan. Melainkan kejelasan akar masalah dan pengenalan terhadap hukum kejayaan dan kegagalan yang pasti, lalu secara konsisten, bertahap dan kontinu berupaya meraihnya. (Almuzzammil Yusuf)
BAHAYA PAMER
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ''Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, 'Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?' Allah menjawab, 'Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani.
Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu'.'' Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman, ''Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.'' (Al-Furqan: 23).
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ''Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.'' Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ''Apakah keselamatan itu?'' Jawab Rasulullah, ''Apabila kamu tidak menipu Allah.'' Orang tersebut bertanya lagi, ''Bagaimana menipu Allah itu?
'' Rasulullah menjawab, ''Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.'' Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ''Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.'' Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ''Takutlah kamu kepada syirik kecil.'' Para shahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?'' Rasulullah berkata, ''Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, 'pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka'?'' Wallahu a'lam. (Tatik Chusniyati)
Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu'.'' Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman, ''Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.'' (Al-Furqan: 23).
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ''Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.'' Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ''Apakah keselamatan itu?'' Jawab Rasulullah, ''Apabila kamu tidak menipu Allah.'' Orang tersebut bertanya lagi, ''Bagaimana menipu Allah itu?
'' Rasulullah menjawab, ''Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.'' Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ''Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.'' Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ''Takutlah kamu kepada syirik kecil.'' Para shahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?'' Rasulullah berkata, ''Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, 'pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka'?'' Wallahu a'lam. (Tatik Chusniyati)
ASING DI TENGAH RAMAI
Di tengah-tengah para sahabat, Rasulullah SAW mewartakan kondisi umat Islam pada akhir zaman. Rasulullah bersabda, ''Pada akhir zaman nanti, umatku bagaikan memegang api membara di tangannya. Mereka asing di antara para manusia.''
Salah seorang sahabat bertanya, ''Berarti umat Islam menjadi umat minoritas nantinya, ya Nabi Allah?''Rasulullah kemudian menjawab, ''Bukan, bukan!''''Lalu, bagaimana?'' tanya sahabat.
''Pada saatnya nanti hanya segelintir orang dari umatku yang tetap berpegang teguh pada Islam secara konsisten. Mereka ini bagaikan orang asing seperti Islam generasi awal,'' Rasulullah menjelaskan.
Dulu, sewaktu Rasulullah mendakwahkan Islam kepada kaum kafir Quraisy, tanggapan sinis, skeptis disertai caci-maki, hinaan, bahkan siksaan mendera diri Nabi Muhammad SAW. Beliau dan para pengikutnya dengan lantang menyuarakan kebenaran Islam yang agung. Beliau berani menentang arus besar pemikiran, sikap, dan tindakan mayoritas umat dengan penuh keyakinan dan semangat juang kuat.
Dus, tradisi baru yang dikembangkan Rasulullah dan para sahabat dianggap keluar dari pakem, nyeleneh, menyimpang, melawan otoritaritas suci, dan, tentunya, asing di tengah-tengah tradisi kafir Quraisy.
Saat ini, jalan lurus Islam semakin banyak dilalui penduduk bumi. Di tiap jengkal tanah seantero bumi, telah tertanam benih-benih Islam. Ironinya, nomina kuantitas tidak seiring berkelindan dengan kualitas keberagamaan para pemeluknya. Masih relatif sedikit yang benar-benar mau menjalani Islam sebagai matan keyakinan dan cita-cita kehidupan.
Bahkan, acapkali muka sinis, pandangan benci, ucapan sarkastis ditujukan dan ditimpakan kepada minoritas kecil ini. Tidak aneh, bila itu keluar dari musuh-musuh Islam, tetapi yang memprihatinkan justru keluar dari rahim kepribadian umat Islam sendiri. Tampaklah bahwa pewartaan Rasulullah beberapa abad yang lalu telah mewujud menjadi sebuah kenyataan.
Berat memang, menjalani kehidupan di era posmo ini sesuai dengan kaidah agama. Menggenggam kebenaran laksana menggenggam api membara. Bergegas ke masjid manakala suara adzan bergema, mengajak teman ikut kajian keislaman, terlibat dalam kegiatan dakwah, menolak ajakan teman untuk nonton film maksiat, seringkali dicap sebagai tindakan dan pandangan kuno.
Tak pelak, stigma konservatif, dogmatis, literalis, out of date, bahkan fundamentalis harus diterima lapisan minoritas umat ini. Sebaliknya, menjalankan agama semau gue, perilaku bebas nilai, hedonis, permisif, dan sekuler sangat lazim dan populer.
Yang sedikit dan asing inilah yang harus kita jadikan referensi kehidupan. Meski sedikit, mereka tak lekang oleh waktu, tak lapuk diterpa zaman. Mereka adalah manusia suci pengusung panji-panji kebenaran. Mereka selalu meniti jalan kebenaran meski terlalu licin dan sempit. Lantas di manakah kita berpijak? (Farida Annur)
Salah seorang sahabat bertanya, ''Berarti umat Islam menjadi umat minoritas nantinya, ya Nabi Allah?''Rasulullah kemudian menjawab, ''Bukan, bukan!''''Lalu, bagaimana?'' tanya sahabat.
''Pada saatnya nanti hanya segelintir orang dari umatku yang tetap berpegang teguh pada Islam secara konsisten. Mereka ini bagaikan orang asing seperti Islam generasi awal,'' Rasulullah menjelaskan.
Dulu, sewaktu Rasulullah mendakwahkan Islam kepada kaum kafir Quraisy, tanggapan sinis, skeptis disertai caci-maki, hinaan, bahkan siksaan mendera diri Nabi Muhammad SAW. Beliau dan para pengikutnya dengan lantang menyuarakan kebenaran Islam yang agung. Beliau berani menentang arus besar pemikiran, sikap, dan tindakan mayoritas umat dengan penuh keyakinan dan semangat juang kuat.
Dus, tradisi baru yang dikembangkan Rasulullah dan para sahabat dianggap keluar dari pakem, nyeleneh, menyimpang, melawan otoritaritas suci, dan, tentunya, asing di tengah-tengah tradisi kafir Quraisy.
Saat ini, jalan lurus Islam semakin banyak dilalui penduduk bumi. Di tiap jengkal tanah seantero bumi, telah tertanam benih-benih Islam. Ironinya, nomina kuantitas tidak seiring berkelindan dengan kualitas keberagamaan para pemeluknya. Masih relatif sedikit yang benar-benar mau menjalani Islam sebagai matan keyakinan dan cita-cita kehidupan.
Bahkan, acapkali muka sinis, pandangan benci, ucapan sarkastis ditujukan dan ditimpakan kepada minoritas kecil ini. Tidak aneh, bila itu keluar dari musuh-musuh Islam, tetapi yang memprihatinkan justru keluar dari rahim kepribadian umat Islam sendiri. Tampaklah bahwa pewartaan Rasulullah beberapa abad yang lalu telah mewujud menjadi sebuah kenyataan.
Berat memang, menjalani kehidupan di era posmo ini sesuai dengan kaidah agama. Menggenggam kebenaran laksana menggenggam api membara. Bergegas ke masjid manakala suara adzan bergema, mengajak teman ikut kajian keislaman, terlibat dalam kegiatan dakwah, menolak ajakan teman untuk nonton film maksiat, seringkali dicap sebagai tindakan dan pandangan kuno.
Tak pelak, stigma konservatif, dogmatis, literalis, out of date, bahkan fundamentalis harus diterima lapisan minoritas umat ini. Sebaliknya, menjalankan agama semau gue, perilaku bebas nilai, hedonis, permisif, dan sekuler sangat lazim dan populer.
Yang sedikit dan asing inilah yang harus kita jadikan referensi kehidupan. Meski sedikit, mereka tak lekang oleh waktu, tak lapuk diterpa zaman. Mereka adalah manusia suci pengusung panji-panji kebenaran. Mereka selalu meniti jalan kebenaran meski terlalu licin dan sempit. Lantas di manakah kita berpijak? (Farida Annur)
BERSAHABAT DENGAN ALHAMDULILLAH
Salah satu gizi spiritual dalam menghadapi kehidupan adalah bersahabat dengan “alhamdulillah” yang artinya segala puji bagi Allah Swt. Orang-orang yang sering bersahabat dengan “gizi spiritual” ini, insyaAllah hidupnya akan lebih bahagia dibanding yang mereka duga.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku seorang suami, sebab banyak orang yang ingin bersuami namun belum menemukannya. Suami dengan segala keangkuhannya, menyebabkan hambamu ini mampu belajar sabar.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku seorang istri, sebab banyak orang yang ingin beristri namun belum menemukannya. Istri dengan segala kesulitannya untuk dididik, menyebabkan hambamu ini harus banyak belajar ilmu “Andragogy”, yaitu pendidikan untuk orang-orang dewasa.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku beberapa anak, sebab banyak orang yang ingin punya anak namun belum engkau izinkan dan juga banyak yang belum punya anak karena memang belum ketemu jodoh. Anak dengan segala kesulitannya untuk dinasehati, menyebabkan hambamu ini harus banyak menambah ilmu agar sesuai dengan perkembangan zaman anak-anak. Dengan kehadiran anak-anak, justru menyebabkan hambamu malu kalau mau bertengkar dengan istri dan suami.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau menitipkan kepadaku seorang atasan pemarah dan sering mengungkit-ngungkit berbagai masalah, sebab banyak orang yang tidak punya atasan, bukan karena dirinya atasan tapi karena dirinya menganggur. Dengan atasan pemarah hambamu berkesempatan untuk mendoakan semoga beliau segera sadar bahwa kemarahan akan menghancurkan siklus kehidupan dirinya sendiri.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau menitipkan kepadaku banyak karyawan, yang sebagiannya suka demo minta tuntutan gaji dan kesejahteraan lainnya, sebab banyak orang tidak punya karyawan sebab sudah lima tahun belakangan ini perusahaannya gulung tikar dan bahkan tikarnyapun sampai tidak ada yang digulung. Dengan punya karyawan, semoga hambamu bisa menjadi salah satu jalan rizki bagi mereka dengan seizin Engkau ya Allah.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan orang-orang disekelilingku sebagian ada yang menyakiti, walaupun hamba-Mu ini telah berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun sekuat kemampuan. Sebab, banyak orang yang tidak pernah disakiti orang lain karena dalam hidupnya tidak pernah bergaul dengan masyarakat banyak. Semoga dengan disakiti dan hambamu tetap ingin berbuat baik dengan yang menyakiti menyebabkan Engkau akan mengabulkan doa-doa orang yang terdhzolimi ini.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau memberi kesempatan kepadaku, kuliah tidak sesuai dengan jurusan pilihan pertama, sebab banyak orang yang tidak pernah menikmati jurusan kuliah karena kekurangan dana untuk memenuhi keinginannya kuliah. Dengan kuliah tidak sesuai jurusan, semoga akan punya lebih dari satu keahlian, keahlian pertama adalah jurusan ketika kuliah dan keahlian lainnya adalah mempelajari sendiri banyak hal yang dulu dicita-citakan.
Sahabat CyberMQ,
Banyak hal didunia ini yang bisa kita syukuri dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, dan dengan sering mengucapkan alhamdulillah, milyaran peluang prestasi akan mengejar-ngejar kita.
Banyak hal didunia ini yang kita tidak siap menyukuri dengan mengucapkan “Alhamdulillah dan dengan sering merasa berat dan bahkan enggan mengucapkan alhamdulillah, milyaran peluang prestasi akan lari meninggalkan kita.
Berani hadapi tantangan bersahabat dengan alhamdulillah agar hidup dikejar-kejar prestasi??? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku seorang suami, sebab banyak orang yang ingin bersuami namun belum menemukannya. Suami dengan segala keangkuhannya, menyebabkan hambamu ini mampu belajar sabar.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku seorang istri, sebab banyak orang yang ingin beristri namun belum menemukannya. Istri dengan segala kesulitannya untuk dididik, menyebabkan hambamu ini harus banyak belajar ilmu “Andragogy”, yaitu pendidikan untuk orang-orang dewasa.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan kepadaku beberapa anak, sebab banyak orang yang ingin punya anak namun belum engkau izinkan dan juga banyak yang belum punya anak karena memang belum ketemu jodoh. Anak dengan segala kesulitannya untuk dinasehati, menyebabkan hambamu ini harus banyak menambah ilmu agar sesuai dengan perkembangan zaman anak-anak. Dengan kehadiran anak-anak, justru menyebabkan hambamu malu kalau mau bertengkar dengan istri dan suami.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau menitipkan kepadaku seorang atasan pemarah dan sering mengungkit-ngungkit berbagai masalah, sebab banyak orang yang tidak punya atasan, bukan karena dirinya atasan tapi karena dirinya menganggur. Dengan atasan pemarah hambamu berkesempatan untuk mendoakan semoga beliau segera sadar bahwa kemarahan akan menghancurkan siklus kehidupan dirinya sendiri.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau menitipkan kepadaku banyak karyawan, yang sebagiannya suka demo minta tuntutan gaji dan kesejahteraan lainnya, sebab banyak orang tidak punya karyawan sebab sudah lima tahun belakangan ini perusahaannya gulung tikar dan bahkan tikarnyapun sampai tidak ada yang digulung. Dengan punya karyawan, semoga hambamu bisa menjadi salah satu jalan rizki bagi mereka dengan seizin Engkau ya Allah.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menitipkan orang-orang disekelilingku sebagian ada yang menyakiti, walaupun hamba-Mu ini telah berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun sekuat kemampuan. Sebab, banyak orang yang tidak pernah disakiti orang lain karena dalam hidupnya tidak pernah bergaul dengan masyarakat banyak. Semoga dengan disakiti dan hambamu tetap ingin berbuat baik dengan yang menyakiti menyebabkan Engkau akan mengabulkan doa-doa orang yang terdhzolimi ini.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau memberi kesempatan kepadaku, kuliah tidak sesuai dengan jurusan pilihan pertama, sebab banyak orang yang tidak pernah menikmati jurusan kuliah karena kekurangan dana untuk memenuhi keinginannya kuliah. Dengan kuliah tidak sesuai jurusan, semoga akan punya lebih dari satu keahlian, keahlian pertama adalah jurusan ketika kuliah dan keahlian lainnya adalah mempelajari sendiri banyak hal yang dulu dicita-citakan.
Sahabat CyberMQ,
Banyak hal didunia ini yang bisa kita syukuri dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, dan dengan sering mengucapkan alhamdulillah, milyaran peluang prestasi akan mengejar-ngejar kita.
Banyak hal didunia ini yang kita tidak siap menyukuri dengan mengucapkan “Alhamdulillah dan dengan sering merasa berat dan bahkan enggan mengucapkan alhamdulillah, milyaran peluang prestasi akan lari meninggalkan kita.
Berani hadapi tantangan bersahabat dengan alhamdulillah agar hidup dikejar-kejar prestasi??? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Langganan:
Postingan (Atom)